Tanpa Status Ibu Kota, Jakarta Tetap Butuh Modal untuk Bersaing dengan Kota-kota Lain di Dunia

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 24 April 2024 17:26 WIB
Ahli Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga (Foto: Ist)
Ahli Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Kota Metropolitan Jakarta kini tidak lagi berstatus sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menurut UU IKN resmi disahkan pada 15 Februari 2022. 

Meski demikian, Jakarta akan tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi nasional dan harus bersaing dengan kota-kota metropolitan di dunia.

Untuk itulah, Ahli Tata Kota Universitas Trisakti, Nirwono Joga, menjelaskan, ada beberapa modal yang perlu dimiliki Kota Jakarta agar mampu bersaing secara global.

"Pemerintah dalam hal ini khususnya pemerintah pusat harus belajar dari Badan Kerja Sama Pembangunan (BKSP) Jabodetabek yang sudah ada. Namun bisa dikatakan kurang berfungsi secara optimal," ujar Nirwono Joga dalam program Investor Daily Talk Edisi Selasa, (23/4/2024).

Nirwono menambahkan, ketidakefektifan BKSP Jabodetabek akan menyulitkan pemerintah dalam mewujudkan program apa pun, mulai dari pembenahan transportasi, banjir sampai dengan penanganan sampah dan penyediaan air bersih. 

Apalagi, terkait dengan penataan kawasan aglomerasi yang lebih harmonis antara Jakarta dengan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek).

Nirwana berharap, para kepala daerah baik itu di wilayah Jakarta maupun Bodetabek wajib memiliki pandangan dan kepentingan yang berbeda-beda. 

Padahal, lanjutnya, berbicara soal masalah Jakarta dan Bodetabek harusnya satu pemahaman. Misalnya, bagaimana menangani transportasi, banjir, para pendatang dan sebagainya.

"Itu kan harus satu suara, tetapi karena ada pertimbangan dari politik yang berbeda kemudian kepentingan antardaerah belum menjadi satu kesatuan. Untuk itu, tanpa ada ketegasan dari masing-masing daerah akan sulit untuk mewujudkan program apapun," kritiknya.

Sebagai catatan, lanjut Nirwono, setelah lepasnya status Ibu Kota, Jakarta akan tetap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, juga menjadi motor pembangunan nasional yang ideal dan mampu menjadi dinamisator pembangunan kota-kota di sekitarnya, baik di dalam maupun di luar Pulau Jawa.

Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Jakarta masih kalah jauh, berbeda halnya dengan kota-kota sebayanya, seperti Kuala Lumpur, Bangkok dan Manila, Jakarta tidak terlalu terpaut jauh dari tiga kota itu.

"Ketiga kota tersebut masih fifty-fifty. Artinya beda peringkat yaitu kalau kita bicara soal global city index, misalnya Jakarta tidak terlalu terpaut jauh dari tiga kota tersebut," ungkap Nirwono. (Sar)