Menjadi Guru yang Gaul dan Dinamis
![Gatot Eko Cahyono, Wartawan Senior/Guru Produktif SMK Multimedia Sumbangsih, Jakarta](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/9350390a-3935-4687-a915-c53dc9717eab.jpg)
Gatot Eko Cahyono, Wartawan Senior/Guru Produktif SMK Multimedia Sumbangsih, Jakarta
![Menjadi Guru yang Gaul dan Dinamis Gatot Eko Cahyono, Wartawan Senior/Guru Produktif SMK Multimedia Sumbangsih, Jakarta (Foto: Dok MI)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/02f9709a-22bb-4a51-aeb2-a47841ac5de0.jpg)
GURU KONON adalah "digugu dan ditiru". Namun apa yang terjadi manakala ada sosok guru yang merasa profesional, sudah menjalankan metode pembelajaran yang benar (menurut guru tersebut), tetapi guru tersebut belum mendapatkan simpati "digugu dan ditiru" oleh para muridnya?
Apalagi sosok guru tersebut sewaktu di depan kelas tidak bisa "menguasai" medan, tidak peka pada apa yang disukai atau dimaui para murid, sehingga murid menjadi acuh tak acuh dan kurang respek dengan cara atau metode mengajar guru tersebut.
Apalagi pemakaian cara mengajar hanya "searah", hanya mencatat materi mata pelajaran tanpa diskusi dialok dua arah antara guru dan murid, suasana pasti akan membosankan bagi murid, bisa saja para murid ada pelarian kompensasi untuk bermain game di handphone.
Hal cara mengajar yang membosankan, apalagi diterapkan kepada murid-murid generasi milenial dan generasi z saat ini yang berbeda zaman dengan era tahun 70-an atau tahun 80-an, tahun 90-an, pasti tidak akan diterima dengan baik oleh para murid, meski mereka tidak mengungkapkan secara langsung ke guru yang bersangkutan.
Guru gaul dan dinamis
Tentu setiap guru punya metode atau cara mengajar yang tidak sama, masing-masing mempunyai cara saat beraksi, saat mengajar di depan kelas. Ada yang memakai metode atau cara serius tetapi santai (sersan).
Dalam metode ini tentu guru harus paham karakter siswa di setiap kelas, sehingga guru bisa beraksi luwes paham menciptakan "slah" dalam mengajar, tidak kaku saat memberikan materi pelajaran.
Setiap guru punya "slah" atau cara masing-masing yang tidak akan sama. Barangkali juga guru harus bisa "akting" menguasai suasana seisi kelas termasuk karakter para siswanya, sehingga pembelajaran bisa menjadi menarik dan tidak membosankan bagi murid.
Dalam hal ini pasti akan tercipta suasana saling percaya, membangun kedekatan, membangun komunikasi yang sehat, membangun pergaulan yang baik, meski pun tetap harus ada batas-batas etika kesopanan bahwa para murid tetap wajib menghormati para gurunya .
Guru juga harus dinamis. Dinamis dalam konteks ini, guru juga wajib mempunyai banyak wawasan di luar bidang profesinya, pintar "public speaking" peka dalam mengamati watak dan gerak gerik karakter setiap siswanya.
Tidak hanya sekadar memberikan materi di dalam kelas saja yang membosankan, namun ada sisipan membangun karakter para murid. Bahkan kadang ada sisipan humor yang cerdas dan mendidik.
Metode bagaimana cara guru mengajar yang baik tentu tidak bisa dibuat patokan yang seratus persen benar, karena hal ini tidak bisa dipisahkan dengan karakter dan watak dari sosok guru tersebut, dan ini pasti terkait.
Ada sosok guru yang agak pendiam, ada guru yang sangat serius, ada guru yang "sersan" (serius tetapi santai), ada guru yang suka humor, ada guru yang memakai metode " tarik ulur", artinya bagaimana manakala guru bisa tegas, dan juga bisa santai , sisipan humor dan lain-lain. Misalnya saat pengajaran di SMA atau SMK, guru membolehkan para murid mengerjakan tugas praktek di dalam kelas sambil dengarkan atau menyetel musik atau lagu, asal tidak menggangu ruang kelas lain.
Nah, suasana tegang akan berubah menjadi cair, menjadi menyenangkan buat para murid, yaitu tetap semangat mengerjakan tugas, dan happy menerima materi pelajaran.
Membangun kepercayaan
Sosok guru dalam mengajar di kelas, sejak awal harus ada startegi membangun saling percaya yang sehat, sehingga guru terlihat berwibawa saat mengajar di kelas.
Bahkan kadang guru bisa berkomunikasi dengan sisipan humor yang cerdas dan mendidik, ini untuk membunuh kejenuhan para murid, sehingga murid menjadi senang, hepi dalam mengerjakan tugas atau mendengarkan paparan materi pelajaran dari guru yang bersangkutan.
Maka untuk menjadi guru yang gaul dan dinamis, sangat diperlukan di era sekarang ini , menghadapi generasi "z" yang berbeda dengan generasi masa lalu. Yang penting guru tetap bertanggung jawab pada profesinya.
Opini Sebelumnya
Opini Selanjutnya
![Gubernur Bengkulu: Oknum Guru Terancam Dipecat Terkait Pelecehan Seksual Tersangka SI saat di Mapolresta Kota Bengkulu usai ditangkap beberapa waktu lalu. (Foto: Antara)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/foto-oknum-guru-tersangka-pelecehan-seksual.webp)
Gubernur Bengkulu: Oknum Guru Terancam Dipecat Terkait Pelecehan Seksual
1 Juli 2024 15:20 WIB
![Dewan Kehormatan PWI Jatuhkan Sanksi Pemberhentian Sekjen Sayid Iskandarsyah Ketua DK Pusat Sasongko Sek DK Nurcholis dan anggota DK Uni Lubis dalam rapat terkait kasus UKW BUMN. [Foto: Dok MI]](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/rapat-dewan-kehormatan-pwi.webp)
Dewan Kehormatan PWI Jatuhkan Sanksi Pemberhentian Sekjen Sayid Iskandarsyah
24 Juni 2024 15:47 WIB
![Alex Tovano Rada Sampaikan Bela Sungkawa Atas Meninggalnya Guru PPPK Malut Kepala Bidang Pengadaan Pegawai dan Penataan Jabatan Fungsional Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Malut Alex Tovano Rada (Foto: MI/RD)](https://monitorindonesia.com/storage/news/image/alex-tovano.webp)
Alex Tovano Rada Sampaikan Bela Sungkawa Atas Meninggalnya Guru PPPK Malut
30 Mei 2024 16:44 WIB