Maruarar Sirait dan Kesabaran Progresif

Anton, Warga Tangerang, Banten

Anton, Warga Tangerang, Banten

Diperbarui 16 Januari 2024 18:41 WIB
Anton, Warga Tangerang, Banten (Foto: Dok MI)
Anton, Warga Tangerang, Banten (Foto: Dok MI)

DUNIA politik di tanah air begitu dinamis akhir-akhir ini. Berbagai fenomena telah terjadi, bahkan pada Senin,15 Januari 2024 kemarin, muncul peristiwa politik yang menyentak kita. Teranyar, munculnya berita Maruarar Sirait, yang mendatangi kantor DPP PDI Perjuangan untuk berpamitan, mengundurkan diri dari keanggotaan partai banteng itu.

Maruarar Sirait yang selama ini dikenal sebagai tokoh politik nasional, kader sejati dan militan di PDI Perjuangan mengambil sikap yang jelas dan tegas. Publik pun heboh, berita ini menjadi trending topik, menjadi berita terpopuler di berbagai media elektronik. 

Betapa tidak, Maruarar Sirait putra dari almarhum Sabam Sirait salah satu pendiri PDI dan PDI Perjuangan, mengundurkan diri dari partai yang didirikan oleh ayahnya. 

Mendiang almarhum Sabam Sirait salah satu tokoh penting deklarator PDI 10 Januari 1973, yang juga merupakan Sekjen pertama PDI dan seorang politisi senior yang mampu menyakinkan Megawati Soekarnoputri untuk mengabdikan diri melalui jalan politik. 

Tentu jalan politik yang ditempuh Megawati Soekarnoputri saat itu bukan jalan mulus dan lurus, melainkan jalan terjal dan berliku. Jalan dan proses panjang yang diyakini mampu membawa perubahan dan melakukan sejumlah koreksi dalam perjalanan politik bangsa dan sejarah mencatat Megawati menjadi Presiden perempuan pertama di Indonesia.

Tentu tidak mudah bagi Maruarar Sirait mengambil keputusan ini, permenungan dan perenungan panjang, pergolakan dan pergumulan pasti terjadi dan menjadi dasarnya.

Perjalanan panjang seorang kader muda Maruarar Sirait dimulai dari menjadi Bendahara di DPD PDI Perjuangan Jawa Barat, berkat bimbingan para senior partai termasuk almarhum.

Taufik Kiemas dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dia mencalonkan diri dan terpilih menjadi anggota DPR RI mewakili Subang, Majalengka, Sumedang selama tiga periode (2004-2009, 2009-2014 dan 2014-2019), dia ditugaskan oleh partainya di Komisi XI yang membawahi bidang Keuangan dan Perbankan. 

Tugas-tugas dilaksanakannya dengan baik, termasuk bersama Tim 9, membongkar Skandal Bailout Bank Century pada tahun 2009. 

Pada Kongres PDI Perjuangan tahun 2005, dia dipilih Megawati menjadi Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga dan berlanjut pada periode 2010-2015.  Dengan semangat dan kerja kerasnya dia menginisiasi dan mendirikan Taruna Merah Putih (TMP), sebuah organisasi sayap partai yang tumbuh menjadi besar dan berhasil merebut simpati kaum muda di seluruh penjuru tanah air. 

Terbukti Taruna Merah Putih menjadi salah satu sayap partai teraktif di jamannya. 

Pada saat proses pencalonan Joko Widodo menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, intuisi politik tajam dari almarhum Sabam Sirait bersama Maruarar Siarit menjadi salah satu yang mendorong ketua umum Megawati untuk mencalonkan Joko Widodo menjadi calon Gubernur DKI Jakarta, sehingga deklarasi pencalonan pertama terjadi di kediaman Sabam Sirait di Bintaro yang dihadiri ratusan kader PDI Perjuangan.  

Pada pemilihan Presiden 2014, Sabam Sirait yang memiliki intuisi politik yang tajam kembali mendorong Megawati untuk mencalonkan Joko Widodo sebagai capres. 

Maruarar Sirait yang waktu itu sebagai tim kampanye utama Jokowi berjuang 'die hard' untuk memenangkan Jokowi, dan terbukti Jokowi dipilih rakyat dan  berhasil memimpin Indonesia hingga dua periode.

Memang berpolitik harus dilakukan dengan kesadaran tinggi dan  sepenuh hati. 

Maruarar Sirait telah menjalankan kesabaran progresif dalam beberapa tahun terakhir sampai hari ini. Kesabaran yang aktif dengan batas-batas kesadarannya. Kesabaran insan manusia bertepi, berbatas dan terbatas. Ada ambang batas kesabaran sebagai kader, ada ambang batas kesabaran sebagai insan manusia.

Perlakuan yang diterimanya beberapa tahun terakhir ini seperti cobaan yang terus menerus diterimanya.

Sebagai seorang kader yang memiliki potensi dan memiliki komitmen untuk membesarkan sebuah partai, Ara layak mendapat acungan jempol, akan tetapi menjadi sebuah paradoks dalam realita karir politiknya. 

Berbagai peristiwa ini layak kita perhatikan, sehingga bisa menyadarkan sisi kemanusian kita, permenungan antara batas kesabaran sebagai manusia.

Pada medio 2014, setelah KPU secara resmi mengumumkan Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih. Presiden Joko Widodo mulai menyusun anggota kabinetnya, saat itu Maruarar Sirait ditetapkan Presiden Joko Widodo menempati pos Menteri Komunikasi dan Informatika.

Namun rencana pengabdian Maruarar Sirait untuk bekerja di Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo dihentikan karena tidak 'direstui ibu', padahal hak prerogatif Jokowi melihat potensi, kapasitas dan kapabilitas Maruarar Sirait cocok menduduki jabatan tersebut. 

Tapi Maruar Sirait tidak patah semangat, dia tetap membesarkan partai melalui organisasi pemuda, sayap partai, Taruna Merah Putih.

Pencalonannya di DPR pada Pemilu 2019 juga 'dihalangi' dengan pemindahan daerah pemilihan (dapil)-nya dalam waktu yang relatif mendekati pencoblosan sehingga keterbatasan waktu menjadi sulit bagi seseorang untuk mensosialisasikan dirinya di dapil yang baru. 

Ribuan konstituen di Subang, Majalengka, Sumedang yang merupakan konstituen dapil yang mengusungnya pun menangis, karena kecintaannya pada Maruarar Sirait. Meski demikian Maruarar Sirait tetap menjalin silahturahmi dengan para konstituennya, tetap menyapa dan memberikan perhatian, memberikan bantuan meskipun dia tak terpilih menjadi anggota DPR lagi. 

Maruarar tidak patah arang, tetap konsisten membela partainya, tanpa pernah ada statement kemarahan atau menjelek-jelekkan partainya maupun para elitenya. 

Ujian kembali datang, dia harus rela diturunkan dari jabatannya sebagai Ketua Umum Taruna Merah Putih, organisasi sayap partai yang dia inisiasi, dia dirikan dan dia besarkan bersama dengan kader muda partai lainnya. 

Maruarar Sirait telah menularkan prinsip gotong royong dan semangat pada kader muda untuk aktif, perduli, berbagi dan membantu sesama secara bersama-sama. Prinsip gotong royong adalah modal dasar warisan leluhur dan selalu ditekankan oleh Bung Karno bapak bangsa dan proklamator RI. 

Berbagai macam kegiatan kepemudaan, kirab budaya, kegiatan sosial telah diselenggarakan TMP secara berkesinambungan di berbagai tempat dan berlangsung secara masif. 

Pergantian kepengurusan TMP, Maruarar Sirait menerimanya dengan legowo pada Maret 2023, melalui sebuah surat dari DPP PDIP yang berisi undangan untuk menghadiri pelantikan pengurus DPP Taruna Merah Putih yang baru. 

Prosesnya yang begitu cepat dan singkat terlihat seperti tawanan perang yang dilucuti di kandangnya sendiri, di rumahnya sendiri. Tapi Maruarar tidak meradang, tidak menyerang dan tetap mengabdi.

Pada 21 April 2023, saat deklarasi pencalonan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden dari PDIP di sekitar jalan Bintaro Permai Jakarta Selatan juga sedang berlangsung pembagian sembako gratis untuk warga di RW. 01 Bintaro oleh keluarga besar Sabam Sirait, berbagi merupakan suatu bentuk kepedulian kepada masyarakat luas yang sering dilaksakan oleh Keluarga Besar Sabam Sirait. 

Beberapa bulan kemudian, Maruarar Sirait bersama dengan tokoh pemuda, tokoh masyarakat, ketua Alumni Universitas dan beberapa politisi serta para aktivis sosial budaya di Jawa Barat membentuk relawan Network Ganjar for President, berbagai kegiatan akbar diselenggarakan di berbagai kota, seperti jalan sehat, senam sehat, kirab budaya di gelar dalam rangka sosialisasi Ganjar for Presiden. 

Ratusan ribu atribut dibagikan termasuk kaos Ganjar untuk presiden telah dibagikan melalui pengurus partai diberbagai tingkatan dan diberbagai daerah. Puncaknya saat sosialisasi 8 Oktober 2023 di Cirebon di mana dalam acara tersebut capres Ganjar hadir di tengah ribuan massa yang memadati jalan Siliwangi di Cirebon. 

Ganjar yang saat itu merasa surprise dengan kegiatan akbar itu, kemudian dia mengunggah photo dia bersama Maruarar dalam akun Instagram pribadinya, foto itu tayang selama beberapa jam sebelum akhirnya unggahan itu di take down

Kejadian ini merupakan hal aneh, bahkan saat ditanya wartawan Ganjar mengaku tidak mengetahui hal itu sehingga muncul dugaan photo itu dihapus, karena adanya intervensi dari salah satu ‘petinggi partai’.

Rangkaian peristiwa yang terjadi secara bertubi-tubi membuat simpati berbagai kalangan, muncul berbagai respon adanya semacam skenario untuk mengusir Ara (Ara sapaan Maruarar Sirait) dari rumahnya sendiri. Paradoks jika menilik rekam jejak Ara, karena tak ada tindakan indisipliner berat yang dilakukannya pada partainya. 

Dalam politik orang bisa dibunuh berkali-kali, karenanya pelaku politik perlu berpijak pada etika dan moral politik yang beradab. Hal yang dilakukan Presiden Joko Widodo, Ara berbanding terbalik dengan apa yang diterimanya akhir-akhir ini.
 
Meskipun saat itu Jokowi tidak melantik Ara dalam kabinetnya, akan tetapi Jokowi tetap memperlakukan Ara dengan kepatutan dan kepantasan, menghargai dan tetap mengakomodir potensi Ara. Presiden Joko Widodo tetap mengantar dan berbicara dengan Ara saat dia meninggalkan Istana pada pelantikan kabinetnya. 

Berbagai tugas dan tanggung jawab tetap diberikan kepada Ara seperti menjadi Ketua Sterring Committee Piala Presiden, Ketua Satgas Anti Mafia Bola Independen, ikut terlibat dalam menggalang investasi di IKN.  Dalam berbagai event dan kejadian penting tertentu Ara tetap diberi ruang, ditanya pendapatnya, tetap diajak diskusi.

Pengucilan dan pengkerdilan yang terjadi ternyata hanya mampu mengusir Ara secara fisik, jiwanya tetap mencari dan menemukan kebebasan. 
Loyalitas abadi hanya untuk sang Ilahi.

Adapun ukuran loyalitas dalam alam demokrasi   memang memiliki dua dimensi, loyal dari bawahan tapi loyalitas juga harus muncul dari seorang atasan. Pemimpin harus juga harus serta merta loyal kepada anak buah sebagai sebuah patut dan pantas. 

Pilihan ini yang dipilih Ara, karena dia memutuskan sikap loyal harus diberikan pada pemimpin yang tepat. Pemimpin yang bisa mengamodir, pemimpin yang selalu membuka pintu lebar-lebar dan memberi ruang seluas-luasnya berekpresi, berkreasi dan mengabdi bagi negeri.