Makna Kemeja Kotak-kotak Jokowi dan Kemeja Ganjar Garis Lurus Hitam Putih

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 19 Juli 2023 17:31 WIB
Jakarta, MI - Seorang calon presiden (Capres) tentunya mempunyai cri khas agar mudah dikenali oleh masyarakat. Bukannya hanya saja pada partainya dari mana, tetapi juga artibut untuk relawan dan sang bacapres itu sendiri. Misalnya pada bacapres Anies Baswedan dari partai NasDem yang relawannya identik dengan mengenakan baju berwana biru, artinya bahwa warna itu tak terlepas daripada partai yang dinahkodai oleh Surya Paloh itu yakni wana biru. Kendati, tidak semua capres demikian. Yaitu bacapres Ganjar Pranowo dari partai PDIP yang mana pada hari ini, Rabu (19/7) bersama relawannya mengenakan baju garis lurus hitam putih saat menghadiri acara silaturahmi 1 Muharam 1445 H Relawan Pendukung Ganjar, yang digelar di GSG Senayan. Berbeda pula dengan Joko Widodo atau Jokowi yang juga dari PDIP, kala itu identik dengan kemeja kotak-kotaknya. Kemeja motif kotak-kotak itu dipopulerkan oleh Jokowi pada masa pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Kemeja itu dikenakan pada masa kampanye oleh Jokowi dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Namun demikian Jokowi mengatakan tidak akan memakai atribut kampanye pada pilpres 2014 dan menanggalkan kemeja kotak-kotak yang sudah menjadi ciri khas penampilan dirinya. "Mulai hari ini saya juga tidak memakai atribut-atribut yang nomor dua. Baik itu kotak-kotaknya, avatarnya, bajunya, semuanya. Kita kembali ke sebuah Indonesia Raya," kata Jokowi usai melaksanakan salat jumat di Masjid Agung Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/7/2014) silam Menurut Jokowi, alasan dirinya menanggalkan segala bentuk atribut kampanyenya adalah untuk menghormati proses penghitungan suara yang tengah berlangsung dan sebagai bentuk mencairkan suasana pasca-kampanye dan pilpres. Jokowi saat itu juga mengatakan, ia selalu menggulung lengan baju kotak-kotak yang ia kenakan karena ingin menunjukkan bahwa pemimpin harus siap bekerja. Soal tiga warga yang menjadi bagian dalam kostum tersebut, menurut Ahok hal itu memiliki makna bahwa warga Jakarta beraneka ragam, baik dari suku, etnis, maupun agama, dan tetap hidup berdampingan dengan damai. Seragam kotak-kotak ini akan menjadi sarana untuk pasangan tersebut dalam menghimpun dana kampanye dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta. Jokowi-Ahok saat itu berencana memproduksi massal kemeja ini untuk dijual kepada warga. Keuntungan hasil penjualan kemeja itu akan digunakan untuk kampanye mereka. Pada pilpres 2019 lalu, Jokowi kemeja putihlah yang melekat kuat pada Jokowi. Sementara itu, Ganjar Pranowo, memamerkan baju bergaris hitam puti horizontal yang merupakan simbol relawannya di acara Silaturahmi 1 Muharam 1445 Hijriah di Wisma Serba Guna, GBK, Rabu (19/7) itu. Ganjar menyatakan desain baju ini diberikan langsung oleh Presiden Jokowi. Ganjar mengungkapkan alasannya mengenakan kemeja bercorak garis hitam putih. Dia menegaskan, pakaiannya ini menegaskan bahwa dirinya bukan orang yang abu-abu. "Pak Ganjar, kenapa hitam putih? Saya sampaikam bahwa saya bukan orang abu-abu," kata Ganjar di hadapan relawan pendukungnya. [caption id="attachment_555035" align="alignnone" width="640"] Relawan tampak mengenakan baju garis lurus putih-hitam (Foto: Istimewa)[/caption] Menurut Ganjar, dalam menghadapi sebuah keputusan yang sulit, tidak bisa beriskap di tengah. Melainkan harus memilih salah satu sisi. Dengan kekompakan mengenakan kemeja bercorak garis hitam putih, Ganjar meyakini para relawannya membuktikan sikap yang tegas mendukungnya sebagai calon presiden. "Ketika saya bersikap pada keputusan sikap keputusan sulit anda mau pilih mana hitam atau putih. Saya yakin yang datang hari ini sudah menentukan sikap itu," tegasnya. Sementara para relawan pendukung Ganjar memaknai kemeja garis hitam putih sebagai sikap tegak lurus mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden. "Dengan memakai baju garis lurus ini kita akan bertekad memenangkan Ganjar Pranowo," kata salah seorang relawan Teddy Wibisana. (Wan) #Jokowi dan Ganjar