Pengamat Spiritual Sebut Tongkat Komando yang Dipamerkan Puan Maharani Berbeda dengan Tongkat Bung Karno

Rizky Amin
Rizky Amin
Diperbarui 28 Agustus 2023 01:02 WIB
Jakarta, MI - Pengamat spiritual, Kanjeng Yoga menyebut tongkat komando yang dipegang Ketua DPP PDI Perjuangan, Puan Maharani saat tampil di atas panggung Stadion Jatidiri Semarang dalam kegiatan Konsolidasi PDI Perjuangan Pemenangan Pemilu 2024, berbeda dengan tongkat milik Presiden Pertama Indonesia, Ir. Soekarno (Bung Karno). "Jika melihat tongkat komando yang dipegang oleh Puan Maharani, bentuknya berbeda dengan tongkat yang biasa di bawa oleh Bung Karno karena tidak ada ulirnya. Dan tongkat yang dibawa Puan itu seperti terbuat dari kayu liwung," ujar Yoga kepada wartawan, Minggu (27/8). Menurutnya tongkat yang dipegang Puan Maharani adalah gambaran simbol kepemimpinan untuk seseorang yang dipercaya memimpin. "Ide dan kreatifitas panitia konsolidasi dengan menampilkan hologram Bung Karno yang menyerahkan tongkat komando patut diapresiasi," kata Yoga. Puan Maharani digambarkan menerima tongkat estafet secara hologram dari Bung Karno sebagai Ketua Pemenangan Pemilu 2024, baik Pileg maupun Pilpres. Puan Maharani mengatakan tongkat amanat yang diterimanya dari 'Bung Karno' merupakan simbol dari upaya partai dalam melanjutkan cita-cita presiden pertama Indonesia itu. Tongkat komando memang menjadi penampilan khas Sang Proklamator Bangsa Indonesia. Hampir di setiap acara resmi, Bung Karno senantiasa membawa tongkat komando yang berbeda-beda, karena dia memiliki banyak koleksi tongkat komando. Sementara itu Roso Daras, penulis buku "Soekarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer", menuliskan bahwa Bung Karno memiliki tiga Tongkat Komando yang bentuknya sama. Satu tongkat yang ia bawa saat keluar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya, dan satu tongkat lagi yang selalu ia bawa saat berpidato. Kayu yang dibuat sebagai tongkat bukan sembarang kayu, melainkan kayu pucang kalak. Pucang adalah jenis kayu, sedangkan Kalak adalah nama tempat di selatan Ponorogo, atau utara Pacitan. Di pegunungan Kalak terdapat tempat persemayaman keramat. Di atas persemayaman itulah tumbuh pohon pucang. Ada begitu banyak jenis kayu pucang, tetapi dipercaya pucang kalak memiliki ciri khas. Salah satu cara untuk mengetes keaslian kayu pucang kalak, pegang tongkat tadi di atas permukaan air. "Jika bayangan di dalam air menyerupai seekor ular yang sedang berenang, maka berarti kayu pucang kalak itu asli. Tetapi jika yang tampak dalam bayangan air adalah bentuk kayu, itu artinya bukan pucang kalak. Pucang biasa," ungkapnya. Di lain pihak, yakni penulis biografi Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Cindy Adams, menulis Bung Karno mengatakan bahwa tongkat komandonya itu tidak memiliki daya sakti atau daya linuwih. "Itu hanya kayu biasa yang aku gunakan sebagai bagian dari penampilanku sebagai pemimpin dari sebuah negara besar," kata Bung Karno kepada Cindy Adams di Istana Bogor saat itu. Dalam biografi itu diceritakan, pernah pada suatu saat dalam pertemuannya dengan Presiden Kuba, Fidel Castro, Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda. "Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian..?? " Bung Karno hanya tertawa saja mendengar pertanyaan itu. Banyak masyarakat percaya bahwa tongkat komando Bung Karno bukanlah sembarang tongkat. Tongkat komando Bung Karno adalah tongkat sakti, yang jika dibuka berisi ujung mata tombak pusaka. Puan Maharani Pamer Tongkat Komando Ketua DPR RI itu memamerkan tongkat komando di hadapan ribuan kader PDI Perjuangan di Stadion Jatidiri, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (25/8) malam. Dengan suara bergetar mata yang berkaca-kaca Puan mengatakan, tongkat itu yang disebut sebagai simbol amanat dari Bung Karno untuk melanjutkan perjuangan. "Tongkat ini adalah simbol amanat dari Bung Karno agar kita berjuang untuk bangsa dan negara, agar kita berjuang untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Kita, PDI Perjuangan akan mewujudkan pemerintahan ke depan dipimpin oleh kader terbaik PDI Perjuangan, yaitu bapak Ganjar Pranowo," kata Puan. Kemudian berdiri bersama Puan di podium dalam orasinya Ganjar Pranowo menyampaikan pesan untuk semua kader agar jangan sampai perjuangan yang sudah dilakukan tercabut dari akarnya. "Untuk semuanya jangan sampe kita pedot oyot. Jangan sampai pedot oyot. Jangan sampai perjuangan yang kita lakukan ini tercabut dari akarnya, karena itu mulai hari ini akan kita seruduk sekuat-sekuatnya sekat-sekat penghambat kemajuan negara. Dan ingat 170 hari lagi perjuangan kita akan menentukan nasib bangsa dan negara," kata bacapres 2024 itu. Ganjar pun menegaskan kesiapannya meneruskan kinerja dan keberhasilan Presiden Joko Widodo dalam membangun bangsa. Khususnya dalam pembangunan infrastruktur. "Saya berdiri di sini dengan keyakinan bahwa Indonesia sedang bertransformasi menuju negara maju. Selama 2 periode yang merupakan kader PDI Perjuangan terbaik Pak Jokowi berhasil melakukan terobosan yang sangat sangat signifikan di bidang infrastruktur misalnya telah membangun jalan nasional sekitar 1.385 km, pembangunan jalan tol juga jauh lebih baik dituntaskan," demikian Ganjar. (Wan)