Roy Suryo Beberkan Alat Canggih untuk Dapatkan Instruksi Tertentu, Singgung Debat Cawapres Kedua?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 24 Januari 2024 17:38 WIB
Roy Suryo (Foto: Ist)
Roy Suryo (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Pakar telematika, Roy Suryo mengaku bahwa dirinya diminta merincikan alat-alat canggih saat ini. 

Salah satunya "bone conducted speaker"

Hal ini juga sebagai bagian dari pada lanjutan dari tulisannya sebelumnya atau setelah Promosi Doktor Asli di Universitas Negeri Jakarta (UNJ), bukan abal-abal, yang berjudul "Antara Asam Sulfat (H2SO4) dan H2S".

"Banyak sekali mendapatkan respons positif bahkan meminta saya untuk merincikan secara lebih detail lagi alat-alat canggih yang sekarang sudah beredar dan bisa dibeli masyarakat di pasaran untuk melakukan " feeding" alias "pembisikan" dari tempat yang berbeda," ujar Roy Suryo, Rabu (24/1).

Jadi, menurut dia, kalau selama ini banyak analis yang menulis soal adanya "bone conducted speaker" alias speaker yang sistem bekerja mengalirkan suaranya tidak secara langsung ke telinga. 

Namun hanya melalui konduksi atau ditempel di kulit atau merambat melalui tulang manusia, hal tersebut tidak salah.

"Bahkan ada speaker yang membran-nya sangat tipis sehingga bisa "diselundupkan" dalam lipatan krah jaket dan kemudian dijahit agar tidak tampak (seperti penyelundup-penyelundup narkoba yang mengelabuhi petugas-petugas di bandara menggunakan kompartemen khusus dijahit dikopornya)," bebernya.

Hal tersebug juga sangat mungkin, meski terdengar agak ribet.

Lantas Roy Suryo menyinggung alat sekarang yang lagi populer bukan karena adanya debat cawapres kedua kemarin, namun memang sudah jauh-jauh hari sebelumnya adalah sound partner with bluetooth dari merk "A" (dulu brand ini dikenal dengan nama "S".

"Kalau di Indonesia populer sebagai merk pompa air), karena alat yang sebenarnya headset /headphone alias speaker ini cara memakainya tidak perlu ditempel ditelinga manusia, namun cukup "dikalungkan" di leher mirip-mirip peneng/kalung hewan peliharaan dan suaranya cukup untuk terdengar di telinga meski tidak keras untuk "bocor" sampai microphone yang ada didekatnya," jelas mantan Menpora itu.

Lebih lanjut, Roy Suryo menjelaskan bahwa alat yang biasanya dipakai wong sugih alias horang kaya karena harganya yang lumayan mahal untuk ukuran headphone wireless ini lazim digunakan saat olahraga atau aktivitas dinamis yang memerlukan gerakan lebih fleksibel dari kepala. 

"Sehingga misalnya pakai headset yang dipasang ditelinga akan terlihat mengganggu," ungkapnya.

Namun bukannya tidak mungkin untuk dipakai dalam aktivitas lain. Contohnya adalah yang mau digunakan untuk "feeding" instruksi/jawaban-jawaban pertanyaan tertentu namun tidak ingin kelihatan kalau menggunakan headset tersebut.

"Apalagi kalau alat ini "disembunyikan" dibawah krah jaket yang sengaja dipakai dengan posisi kaku alias tegak berdiri seperti peneng atau kalung hewan piaraan tersebut," tuturnya.

Karena bersistem wireless, ujar Roy Suryo, maka ada unit kotak receiver yang juga harus dipasang dibadannya, maka wireless receiver tersebut kalau mau tidak tampak juga bisa "disembunyikan" alias dikamuflase ke dalam sebuah "bantal kesehatan" atau istilahnya "pampers 5.0" sehingga aman kalau ditanya-tanya petugas apalagi orang awam yang tidak tahu teknis. 

"Jadi dengan speaker yang disembunyikan dibawah krah jaket yang sengaja diberdirikan sehingga kaku menutup sempurna, atau bahkan dijahit didalamnya, kemudian kotak wireless receiver juga disembunyikan dibalik jaket dan kalau ditanya dijawab "bantal kesehatan" maka sempurnalah aksi tipu-tipu penggunaan alat feeding tersebut," cetusnya.

Kesimpulannya, apakah alat untuk mem-feeding secara wireless ini fakta dan ada dipasaran Indonesia alias bukan hoaks?

"Ya, jelas-jelas ini fakta, bukan hoaks. Bahkan saya tautkan link/url (https://www.tokopedia.com/ujangseluler/diskon-terbatas-sharp-aquos-sound-partner-an-ss2-with-bluetooth) pembeliannya secara online kalau diperlukan, meski harganya memang tidak murah alais biasanya untuk wong sugih alias horang kaya," katanya menjelaskan.

Namun apakah alat yang sama memang benar-benar dipakai saat debat cawapres kemarin?

"Ini wallahualam, karena memang dikondisikan untuk tidak dilakukan pemeriksaan (karena alasan hak imunitas tertentu) saat itu."

Tapi sekalilagi kalau saja hal tersebut memang benar-benar dilakukannya maka astaghfirullah telah tega untuk melakukan kebohongan publik terhadap seluruh rakyat Indonesia.

"Biarkan saja Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT yang memberi ganjarannya," tutupnya. (wan)