Respons Usulan Megawati Soal Pemilihan Proporsional Tertutup, Golkar: Kita Sudah Terjebak pada Demokrasi Transaksional

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 31 Juli 2024 2 jam yang lalu
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Foto: MI/Dhanis)
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Foto: MI/Dhanis)

Jakarta, MI - Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet), merespons soal usulan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang meminta untuk mengembalikan sistem pemilihan proporsional tertutup dalam pemilu. 

Menurutnya semangat yang diutarakan mantan Presiden RI ke-5 itu telah ada sejak dirinya menjabat sebagai Ketua DPR RI pada tahun 2018 lalu. 

"Isu untuk kembali kepada sistem pemilu sesuai dengan hajat diri bangsa ini makin menguat, tapi faktanya kita belum bisa mengembalikan itu ke sistem tertutup," ungkap Bamsoet di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/7/2024). 

Bahkan kata Bamsoet, saat itu DPR berupaya menggagas dan mendorong adanya sistem setengah tertutup dan setengah terbuka, atau sistem kombinasi seperti yang ada di negara Jerman. "Tapi juga akhirnya gagal," ucapnya. 

Padahal kata dia, usulan setengah tertutup dan setengah terbuka itu dapat memberi peluang bagi partai untuk kader-kader terbaiknya terpilih, manakala di suatu dapil itu tidak ada yang memenuhi bilangan pembagi. 

"Jadi kalau ada bilangan pembagi langsung, caleg itu jadi apakah kader partai lama atau baru, itu langsung jadi. Tapi kalau tidak, maka partai yang menentukan siapa yang jadi melalui penomoran, tapi kalau ada caleg lain berhasil mengumpulkan bilangan pembagi, maka dia yang jadi," paparnya. 

"Jadi persaingan agak lebih sehat, kalau enggak ya seperti yang kita hadapi hari ini bunuh-bunuhan antara sesama partai," tambah Ketua MPR RI itu. 

Bamsoet mengakui, dengan adanya sistem terbuka saat ini banyak kader-kader partai yang berkualitas harus terpaksa menelan pil pahit lantaran kalah dengan politik uang. 

"Memang dengan adanya sistem terbuka ini menyebabkan banyak kader-kader partai potensial yang berjuang dari bawah yang pemahaman ideologi partainya luar biasa, tapi dia harus menghadapi suatu kenyataan tidak terpilih. Karena ternyata popularitas integritas kapasitas kalah dengan isi tas," pungkasnya. 

Lebih lanjut, Bamsoet juga menyoroti soal banyaknya anak-anak muda yang berbondong-bondong mencalonkan diri karena merasa memiliki modal harta yang berlimpah. 

"Jadi banyak anak-anak muda yang baru kemarin sore tampil di gelanggang politik karena memiliki isi tas yang cukup, mereka yang berjuang berdarah-darah puluhan tahun terpaksa tersingkir," sesalnya. 

Sebab itu, Bamsoet menyebut bahwa saat ini iklim demokrasi Indonesia sedang tak sehat, lantaran masih terjebak dengan demokrasi transaksional. 

"Jadi ini sebetulnya ini iklim demokrasi yang kurang sehat menurut saya, karena kita sudah terjebak pada demokrasi transaksional, kita ke daerah tidak lagi mencari aspirasi tapi mencari angka," terang Bamsoet. 

Sehingga kata Bamsoet, perlu adanya respons atas usulan putri Bung Karno itu, karena usulan tersebut bukalah usulan yang baru. 

"Ini juga keinginan lama dari partai-partai, tinggal bagaimana kita memformulasikannya, yang terkahir kita mencoba sistem kombinasi supaya kader partai yang sudah mati-matian berjuang di partainya bisa terpilih," jelasnya.