Bahlil: IMF Minta Indonesia Pertimbangkan Larangan Ekspor Barang Mentah

Zefry Andalas
Zefry Andalas
Diperbarui 24 Januari 2024 20:13 WIB
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. (Foto: ANTARA)
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. (Foto: ANTARA)

Jakarta, MI - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia merespon pernyataan Co-Captain Timnas AMIN Thomas Lembong/Tom Lembong yang menyebut bahwa semua mobil Tesla yang dibuat di China tak lagi memakai baterai berbasis Nickel Manganese Cobalt (NMC) melainkan Lithium-Ferro-Phosphate (LFP).

"Ini sumber masalahnya. Saya ingin katakan tidaklah benar kalau ada mantan pejabat atau pemikir ekonomi atau siapa pun yang mengatakan bahwa nikel gak lagi menjadi bahan yang dikejar kejar oleh investor untuk membuat baterai mobil," kata Bahlil dalam Konferensi Pers, Rabu (24/1).

Bahlil mengatakan masih banyak dari industri otomotif global yang menggunakan baterai berbasis MNC untuk produk mobil listriknya. Sebab baterai ini mempunyai kemampuan jarak tempuh yang lebih baik dibandingkan baterai berbasis LFP.

"Itu Tesla sebagian juga masih memakai baterai mobil yang berbahan baku nikel jadi jangan omon omon saja, bahaya negara kalau dibuat seperti ini, saya takut sekali kita beri data tidak valid dan itu merusak tatanan memberi pemahaman yang benar," kata dia.

Namun, kata Bahlil, IMF merekomendasikan agar Indonesia mempertimbangkan kembali pelarangan ekspor barang mentah. Hal ini adalah bentuk ketidaksukaan terhadap perkembangan hilirisasi di Indonesia.

"Jangan sampai ada antek asing di bangsa ini ada antek-antek asing merusak tatanan dalam mempengaruhi kebijakan publik," kata Bahlil.