Ekonomi Papua Anjlok 8% Imbas Ekspor Freeport, Ini Respons Bahlil

Rolia Pakpahan
Rolia Pakpahan
Diperbarui 27 November 2025 12:56 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (Foto: Dok MI)
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa periode izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) telah berakhir. Karena itu, ia membantah adanya pembatasan ekspor oleh pemerintah.

Menurut Bahlil, seluruh mekanisme ekspor yang dijalankan Freeport mengikuti izin yang berlaku. Dengan habisnya izin tersebut, perusahaan memang tidak lagi dapat mengirim konsentrat ke luar negeri.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian melaporkan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa ekonomi Papua Tengah mengalami kontraksi hingga 8%. Pelemahan itu terjadi akibat ekspor konsentrat Freeport yang terhenti, ditambah produksi tambang yang sempat mandek karena insiden longsor.

Terkait dengan hal tersebut, Bahlil pun menegaskan kembali bahwa tidak terdapat pihak yang menahan ekspor konsentrat tembaga Freeport. 

“Saya harus mengatakan bahwa untuk ekspor konsentrat Freeport, tidak ada yang tertahan. Semuanya sudah selesai dan sekarang waktunya sudah selesai. Jadi enggak ada yang ditahan-tahan,” ujar Bahlil kepada awak media di Kompleks Istana Kepresidenan, dikutip Kamis (27/11/2025).

Sebelumnya, Tito memaparkan sejumlah capaian dan persoalan yang dihadapi pemerintah daerah. Salah satunya, perekonomian Papua Tengah, Timika yang mengalami kontraksi akibat gangguan operasional di Freeport.

“Saya sampaikan, tanya beliau kenapa penyebabnya, diantaranya karena adanya ekspor dari Freeport yang tertahan, adanya smelter yang pernah terbakar, kemudian ada longsor yang membuat produksinya mereka menjadi tertahan,” jelas Tito kepada awak media, di Istana Kepresidenan, baru-baru ini.

“Itu mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Papua Tengah, Timika mengalami kontraksi minus 8%. Namun, ada daerah lain yang tinggi, jadi saya sampaikan ada pem-balance-nya,” sambungnya.

Adapun Freeport diketahui telah mengekspor 1.298.801 wet metric ton (wmt) konsentrat tembaga atau setara 91,53% dari total kuota sebesar 1,4 juta wmt hingga Selasa (16/9/2025), atau saat izin ekspor konsentrat tersebut resmi habis.

Hal tersebut tertuang dalam data Kementerian Perdagangan, yang diungkapkan oleh Direktur Ekspor Produk Industri dan Pertambangan Kemendag Andri Gilang Nugraha.

“Realisasi ekspor konsentrat tembaga Freeport sampai dengan 16 September 2025 tercatat sebesar 1.298.801,58 wmt, atau sekitar 91,53% dari total kuota 1,4 juta wmt yang diberikan,” ujar Andri saat konfirmasi media.

Ia menegaskan bahwa izin ekspor konsentrat tembaga milik Freeport resmi berakhir pada 16 September 2025. “Hingga saat ini belum ada proses pengajuan karena persetujuan ekspor untuk PTFI sudah berakhir 16 September 2025,” terangnya.

Sebagai informasi, izin ekspor tersebut berlaku selama enam bulan, mulai 17 Maret hingga 16 September 2025.

Freeport sebelumnya diizinkan melanjutkan ekspor konsentrat pada 2025 setelah perseroan menghadapi keadaan kahar akibat smelter katodanya di Manyar, Gresik, Jawa Timur terbakar pada 14 Oktober 2024.

Sementara itu, PT Amman Mineral International Tbk. (AMMN) baru-baru ini memperoleh izin ekspor konsentrat. Kementerian ESDM menyatakan bahwa rekomendasi izin ekspor diberikan karena terjadi keadaan kahar di smelter AMMN.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri sempat menyoroti pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terkontraksi -0,82% secara tahunan pada kuartal II-2025.

Menurut Kemendagri, kontraksi tersebut terjadi karena Amman masih dalam proses pembangunan smelter tembaga dan izin ekspor konsentrat perusahaan tidak diperpanjang.

Topik:

freeport bahlil-lahadalia izin-ekspor-konsentrat