JPU Kejari Medan Tuntut Hukuman Mati Enam Terdakwa Terkait Peredaran sabu 52,5 Kg

Nuramin Rizky
Nuramin Rizky
Diperbarui 29 April 2024 17:44 WIB
JPU Kejari Medan Rizkie Andriani Harahap membacakan nota tuntutan di Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara, Senin (29/4/2024). (Foto: Antara)
JPU Kejari Medan Rizkie Andriani Harahap membacakan nota tuntutan di Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara, Senin (29/4/2024). (Foto: Antara)

Medan, MI - Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri (Kejari) Medan, Sumatera Utara menuntut hukuman mati kepada enam terdakwa yang mengendalikan peredaran narkotika jenis sabu-sabu seberat 52.520 gram (52,5 kg) dan 323.822 butir pil ekstasi.

"Menuntut kepada majelis hakim agar menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa Hanisah, Al Riza, Hamzah, Nasrullah, Mustafa dan Maimun dengan pidana mati," ujar JPU Kejari Medan Rizkie Andriani Harahap di Pengadilan Negeri Medan, Sumatera Utara, Senin (29/4/2024).

Rizkie melanjutkan para terbukti secara sah dan bersalah dengan tindak pidana dalam melakukan percobaan permufakatan jahat, tanpa hak atau melawan hukum, menawarkan atau menjual, menerima, menjadi perantara atau menyerahkan narkotika jenis sabu yang melebihi lima beratnya gram.

Sebagaimana dalam dakwaan primer Pasal 114 ayat (2) juncto 132 ayat (1) Undang-Undang RI No 35 tahun 2009 tentang Narkotika. "Hal yang memberatkan tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan narkoba dan terdakwa merupakan jaringan internasional dan hal yang meringankan tidak ada," ujarnya.

Setelah membacakan nota tuntutan, majelis hakim yang diketuai oleh Abdul Hadi Nasution manjutkan persidangan pekan depan dengan nota pembelaan yang dibacakan terdakwa atau penasihat hukum terdakwa.

Dalam dakwaan, Rizkie mengatakan pada Sabtu 22 Oktober 2022, Hanisah bersama dengan Maimun, Salman (DPO) dan Erul (DPO) bertemu di Malaysia untuk membicarakan jual sabu-sabu dan pil ekstasi.

"Hanisah dan Erul sebagai pembeli narkotika sepakat untuk melakukan transaksi narkoba yang didistribusikan dari Malaysia ke Medan untuk diantarkan ke Palembang, Sumatera Selatan," ungkapnya.

Kemudian, kata Rizkie pada 9 April 2023 Maimun menghubungi Hanisah untuk mencari mobil ke Palembang. Lalu Erul membeli satu unit mobil seharga Rp200 juta sebagai alat transportasi.

Selanjutnya pada 5 Agustus 2023, terdakwa Hanisah meminta Rp100 juta kepada terdakwa. Kemudian Hanisah meminta Rp240 juta lagi kepada Erul ke rekening terdakwa Nasrullah suruhan terdakwa Al Riza ,suami dari Hanisah.

"Sisa uang sebesar Rp140 juta ditransfer ke terdakwa Maimun, serta meminta untuk dicarikan gudang kepada Hanisah sebelum diantar ke Palembang," kata Rizkie.

Setelah itu, Hanisah menghubungi terdakwa Mustafa untuk mencari gudang yang letaknya di Kecamatan Medan Sunggal, Medan. Singkatnya pada 8 Agustus 2023, terdakwa Al Riza mengajak Hamzah dan Narsullah ke gudang untuk membawa barang bukti itu ke tempat tujuan.

"Kemudian BNN RI yang mendapatkan informasi adanya peredaran narkotika jenis sabu dan pil ekstasi di Kecamatan Medan Sunggal, Medan," imbuhnya.

Selanjutnya dia mengatakan, petugas melakukan penangkapan dan menyita barang bukti tersebut, serta dilakukan pengembangan untuk mencari terdakwa lainnya. (AM)