Joe Biden Mundur dari Pilpres AS, Pengamat: Tekanan Politik - Donald Trump Semakin Kuat!

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 22 Juli 2024 09:41 WIB
Selamat Ginting (Foto: Istimewa)
Selamat Ginting (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI -  Pengamat politik Universitas Nasional (UNAS) Selamat Ginting menilai, keputusan petahana Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mundur dari kontestasi pemilihan presiden (pilpres) 2024 merupakan keputusan politik yang realistis.

“Posisi Joe Biden dari Partai Demokrat memang semakin lemah untuk bisa bertarung ulang melawan Donald Trump dari Partai Republik. Jadi keputusan Biden untuk mundur dari pilpres 2024 merupakan keputusan realistis secara politik,” ujar Selamat Ginting kepada Monitorindonesia.com, Senin (22/7/2024).

Seperti diketahui, Joe Biden, politisi Partai Demokrat, yang digadang-gadang akan melawan Donald Trump dari Partai Republik mengumumkan mundur dari kontestasi politik tertinggi di Amerika Serikat. Joe Biden sebagai pertahana Presiden AS mengumumkan pengunduran dirinya lewat unggahan di media sosial.

“Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai presiden Anda. Dan meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin ini demi kepentingan terbaik partai saya dan negara jika saya mundur dan fokus sepenuhnya pada pemenuhan tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan saya," kata Selamat.

Tekanan politik
Menurut Selamat Ginting, Biden akhirnya secara realistis menyerah pada tekanan politik tanpa henti dari sekutu terdekatnya di Partai Demokrat. Mereka terus mendesak Biden yang sudah uzur, karena berusia 81 tahun dan kondisi kesehatannya yang terus menurun untuk mundur dari pilpres 2024.

“Wajar tekanan politik itu dengan kekhawatiran mendalam Biden terlalu tua dan lemah untuk bisa mengalahkan mantan Presiden Donald Trump yang justru semakin kuat popularitas dan elektabilitasnya setelah peristiwa lolos dari pembunuhan saat kampanye di Partai Republik,” ujar dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNAS itu.

Mantan Presiden Barack Obama dan Ketua DPR dari Partai Demokrat Mike Johnson termasuk elite politik yang khawatir Biden akan kalah telak dalam pilpres mendatang, sehingga menyarankan untuk mundur dari pilpres. 

Selain itu desakan warga Amerika atas kebijakan Biden yang terus mendukung Israel di Palestina, padahal Mahkamah Internasional menyatakan pemerintahan zionis itu melakukan genosida. Dunia pun mengutuk kebiadaban Israel karena mengabaikan masalah kemanusiaan di Gaza dan Tepi Barat Palestina.

“Biden bisa dianggap bagian dari penjahat perang yang mendukung genosida Israel di Palestina. Kondisi kesehatan Biden yang buruk setelah terjangkit Covid, begitu juga performa politiknya yang semakin menurun membuat Biden kehilangan respek, bukan hanya dari partainya saja, melainkan juga dari sebagian warga Amerika,” ungkap Ginting.

Kamala Haris
Mengenai siapa calon dari Partai Demokrat yang akan diusung menggantikan Biden, menurut Selamat Ginting, Wakil Presiden Kamala Haris kemungkinan besar akan menjadi favorit kandidat calon presiden. Apalagi dalam pernyataan Biden saat pengunduran dirinya dari capres, telah memberikan sinyal positif terhadap Kamala Haris.

Dalam unggahan di media sosial, Biden menyebut Wakil Presiden Kamala Harris sebagai “mitra yang luar biasa,” dan dirinya mendukung Harris untuk menggantikan posisinya.

“Hanya tinggal tiga bulan lagi pelaksanaan pilpres, sehingga Partai Demokrat tidak punya waktu yang cukup banyak untuk mencari calon pengganti Biden. Sehingga peluang Kamala Haris dalam kandidasi, sebagai keputusan realistis secara politik,” ujar Ginting.

Trump semakin kuat
Menurut Ginting, pengumuman mundurnya Biden, yang sedang menjalani isolasi karena Covid, terjadi hanya tiga hari setelah Trump menyampaikan pidato sarat tensi saat menerima pencalonan partainya untuk mendapatkan kesempatan kembali ke Gedung Putih untuk masa jabatan kedua.

Trump, yang telah mempersiapkan pertarungan ulang dengan Biden selama empat tahun, kini akan menghadapi lawan yang berbeda dan belum diketahui dari Partai Demokrat, dengan hanya 110 hari tersisa hingga Hari Pemilihan.

Kini, lanjut Ginting, posisi Trump menjadi sangat kuat untuk kembali menjadi Presiden Amerika. Termasuk jika lawan tandingnya Kamala Haris. Ini seperti mengulang saat Trump secara dramatis mengalahkan Hillary Clinton pada 2916 lalu.

“Trump bagaikan seng ada lawan dalam pilpres November 2924 mendatang. Calon dari Demokrat belum ada yang terlalu kuat untuk bisa menandingi Trump. Publik Amerika juga masing sangsi jika presiden nya perempuan dan itu belum pernah terjadi,” pungkas Ginting. 

Sebelumnya diberitakan, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan mundur dari pemilihan presiden (Pilpres) AS 2024 pada Minggu (21/7/2024) waktu setempat. Keputusan Biden untuk keluar dari pencapresan adalah demi kepentingan Partai Demokrat dan negara.

Keputusan mengejutkan ini diumumkan Biden setelah desakan mundur yang disuarakan internal Partai Demokrat semakin kencang karena partai tersebut khawatir Biden tidak mampu mengalahkan rivalnya dari Partai Republik, Donald Trump.

Berikut pernyataan lengkap Biden yang memutuskan mundur dari Pilpres AS.

Joseph R. Biden, JR 21 Juli 2024

Rekan-rekan sesama warga Amerika,

Selama tiga setengah tahun terakhir, kita telah mencapai kemajuan yang luar biasa sebagai sebuah Bangsa.

Saat ini, Amerika memiliki ekonomi terkuat di dunia. Kita telah melakukan investasi bersejarah dalam membangun Bangsa, menurunkan harga obat yang untuk para lansia, dan meningkatkan layanan kesehatan yang terjangkau bagi sejumlah warga Amerika.

Kita telah menyediakan perawatan yang sangat dibutuhkan bagi sejuta veteran yang terpapar zat beracun. Mengesahkan undang-undang keselamatan senjata pertama dalam 30 tahun. Menunjuk wanita Afrika-Amerika pertama di Mahkamah Agung. Dan mengesahkan undang-undang iklim yang paling signifikan dalam sejarah dunia. Amerika tidak pernah berada dalam posisi yang lebih baik untuk memimpin, dibandingkan saat ini.

Saya tahu semua ini tidak akan bisa dilakukan tanpa Anda, rakyat Amerika. Bersama-sama, kita telah mengatasi pandemi yang terjadi sekali dalam satu abad dan krisis ekonomi terburuk sejak Great Depression. Kita telah melindungi dan melestarikan demokrasi kita. Dan kita telah menghidupkan kembali dan memperkuat aliansi kita di seluruh dunia.

Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk menjabat sebagai Presiden Anda. Dan meskipun saya berniat untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin bahwa demi kepentingan terbaik partai saya dan negara, saya harus mengundurkan diri dan hanya berfokus pada pemenuhan tugas saya sebagai Presiden selama sisa masa jabatan saya.

Saya akan berbicara di depan publik akhir pekan ini untuk menjelaskan secara rinci tentang keputusan saya.

Untuk saat ini, izinkan saya menyampaikan rasa terima kasih saya yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk membuat saya terpilih kembali.

Saya ingin berterima kasih kepada Wakil Presiden Kamala Harris karena telah menjadi mitra yang luar biasa dalam semua pekerjaan ini. Dan izinkan saya menyampaikan penghargaan saya yang tulus kepada rakyat Amerika atas kepercayaan dan keyakinan yang telah Anda berikan kepada saya.

Saya percaya hari ini apa yang selalu saya yakini: bahwa tidak ada yang tidak dapat dilakukan Amerika jika kita melakukannya bersama-sama. Kita hanya perlu mengingat bahwa kita adalah Amerika Serikat.