Parpol Sibuk Tebar Pesona Dibalik Kesulitan Rakyat

Akbar Budi Prasetia
Akbar Budi Prasetia
Diperbarui 11 September 2023 13:49 WIB
Jakarta, MI - Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, menilai, sistem kaderisasi partai politik (Parpol) di Indonesia tidak dijalankan secara optimal. Sehingga, tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik begitu rendah. "Iya memang partai-partai politik di Indonesia kan belum menjadi party ID ya. Kalau dia identitasnya jelas melakukan kelembagaan partainya bagus, artinya partai-partai politik di Indonesia itu membangun di internalnya," ungkap Zuhro kepada Monitorindonesia.com, Senin (11/9). Menurutnya, partai politik di Indonesia seharusnya melakukan pendidikan politik yang lebih terarah kepada kadernya. Sehingga, kaderisasi di internal partai politik tidak lagi berpatokan terhadap popularitas dari kader tersebut. "Membangun dirinya bagaimana melakukan kaderisasi, melakukan promosi kader dengan sangat terukur, terencana, terformat kan begitu seharusnya," ujar Zuhro. Dia menilai, dengan proses kaderisasi yang dilakukan secara terukur, partai politik tidak akan lagi disibukan untuk berkampanye atau branding di ruang publik. Sebab, masyarakat Indonesia sudah sangat cerdas dalam menentukan pilihannya. "Karena apa, sosialisasi tentang diri partai itu harusnya dilakukan on-in-on-in-on. Istilahnya jadi bukan menjual partai tapi menyosialisasikan," terang Zuhro. Peneliti BRIN itu mempertanyakan kenapa partai-partai politik di Indonesia tidak belajar dari Pemilu sebelumnya. Sementara di tahun 2024 bangsa Indonesia akan dihadapakan dengan berbagai tantangan global. "Mengapa partai kok seperti ini? padahal ini pemilu nasional ke-6, ini artinya bahwa partai-partai belum berhasil melembagakan dirinya. Jadi pelembagaan partai itu belum berhasil mereka melakukan itu," kata Zuhro. Lebih lanjut Siti Zuhro menyampaikan, kaderisasi dan promosi kader yang dilakukan partai politik hanya ala kadarnya. Hal itu terlihat ketika partai politik berusaha menyosialisasikan kadernya. "Seperti mereka enggak punya kader, mau dipromosikan, dipaksakan kader yang masih karbitan kan gitu ya. Itu menunjukkan bahwa kader tadi tidak dipersiapkan sedemikian rupa," jelas Zuhro. "Termasuk bagaimana partai-partai ini punya empati yang tinggi terhadap kesulitan masyarakat, bukan cuman meminta suara mereka, mendukung partainya, mendukung paslon yang diusung partai itu, tapi bagaimana mereka memahami kesulitan masyarakat kan tidak ada akhirnya," pungkas Zuhro. (DI)     #Parpol Sibuk Tebar Pesona Dibalik Kesulitan Rakyat #Kaderisasi