KAI Mau Hidupkan Jalur Kereta Rangkasbitung Warisan Belanda

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 31 Oktober 2023 16:14 WIB
Seorang pelajar berjalan di jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan di Saketi, Pandeglang (Foto : Antara )
Seorang pelajar berjalan di jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan di Saketi, Pandeglang (Foto : Antara )

Jakarta, MI - Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Kelas 1 Jakarta-Banten, Nur Setiawan Hadi mengungkapkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) merencanakan untuk mengoperasikan kembali jalur kereta api Rangkasbitung-Pandeglang-Labuan pada tahun 2025 mendatang.

Namun,  hal itu masih terkendala oleh anggaran yang terbatas.Jalur kereta api warisan Belanda itu memiliki panjang sekitar  56 kilometer.

"Jika dibangun reaktivasi KA Rangkasbitung - Labuan pada 2025, dipastikan rampung 2028 dengan satu jalur," kata Hadi kepada Wartawan, Selasa (31/10).

Nur Setiawan menyatakan bahwa reaktivasi KA Rangkasbitung-Labuan tertunda. Hal itu terjadi karena anggarannya dialokasikan untuk daerah lain terlebih dahulu yang dianggap lebih prioritas. Anggaran untuk reaktivasi jalur kemudian diharapkan selesai pada tahun 2025.

Untuk mengoperasikan kembali jalur KA Rangkasbitung-Labuan. Diperlukan anggaran yang cukup besar untuk penyediaan dan pembebasan lahan, karena banyak jalur KA telah berubah fungsi menjadi pemukiman warga.

Sementara itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya menyatakan akan mendukung pembangunan reaktivasi jalur KA Rangkasbitung-Labuan untuk meningkatkan ekonomi. Dia menyatakan bahwa penduduk yang tinggal di lahan milik PT KAI telah diinformasikan oleh pemerintah daerah dan telah disosialisasikan.

Menurut situs Kementerian Perhubungan, operasi KA Rangkasbitung-Labuan, yang merupakan warisan peninggalan Belanda, dihentikan sekitar tahun 1980-an. Jalur kereta api Labuan-Rangkasbitung adalah jalur kereta api yang menghubungkan Stasiun Labuan ke Stasiun Rangkasbitung di Banten, yang termasuk dalam Wilayah Aset I Jakarta.

Jalur tersebut dibangun pada tahun 1908, lintasan kereta ini akhirnya ditutup karena kalah bersaing dengan rute transportasi massal lainnya. Saat ini, rumah, pabrik, sekolah, dan jalan umum telah  menutupi jalur rel kereta tersebut. (Ran)