Cadangan Devisa Terus Menurun, Gubernur BI Bisa Apa?

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 3 November 2023 15:01 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Foto : ShutterStock)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Foto : ShutterStock)

Jakarta, MI - Pada beberapa bulan terakhir, cadangan devisa Indonesia telah menurun. Menurut data Bank Indonesia (BI), posisi cadangan devisa per akhir September 2023 mencapai US$134,9 miliar, turun dari US$137,1 miliar dari bulan sebelumnya.

"Dulu naik sampai US$ 139 miliar cadev saat inflow besar dan ekspor kita besar seperti itu, nah kita gunakan saat tentu saja ada tekanan-tekanan global seperti ini ya wajar itu adalah penurunan," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11).

Perry menegaskan pihaknya tetap berupaya untuk mendorong peningkatan cadangan devisa dengan implementasi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE).

"DHE SDA sudah juga membantu peningkatan cadangan devisa karena term deposit valas yang dipasson dari ekspor ke BI US$ 1,9 miliar belum semua karena memang PP 36 2023 itu kemarin kan efektifnya adalah November dan untuk melihat itu jangka waktu 3 bulan mari kita lihat kembali," terang Perry.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"Ketahanan kita akan kuat termasuk juga cadev kita lebih dari cukup," pungkasnya.

Tekanan global yang dimaksud Perry adalah pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 diprakirakan sebesar 2,9% dan melambat menjadi 2,8% pada 2024 dengan kecenderungan risiko yang lebih rendah.

 Ekonomi Amerika Serikat (AS) pada 2023 masih tumbuh kuat karena ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan sektor jasa domestik, sedangkan ekonomi Tiongkok melambat dipengaruhi oleh pelemahan konsumsi dan penurunan kinerja sektor properti. (Ran)