Jatam Bongkar Dugaan Keterlibatan Keluarga Jokowi, Luhut dan Bahlil dalam Pertambangan

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 29 Januari 2024 02:26 WIB
Lokasi Tambang Nikel (Foto: MI/Repro Jatam)
Lokasi Tambang Nikel (Foto: MI/Repro Jatam)

Jakarta, MI - Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam membongkar dugaan keterlibatan keluarga Jokowi, Luhut, dan Bahlil dalam pertambangan dan perusahaan yang ada di dalamnya.

https://i0.wp.com/www.rakyatpos.id/wp-content/uploads/2024/01/Keterlibatan-keluarga-Jokowi-Luhut-dan-Bahlil-dalam-pembongkaran-tambang-di.jpg?fit=640%2C372&ssl=1

Jatam merupakan organisasi yang peduli terhadap persoalan hak asasi manusia, gender, lingkungan hidup, masyarakat adat, dan keadilan sosial di industri pertambangan dan migas.

Dalam laman resminya, Jatam menjelaskan keterlibatan keluarga Jokowi, mulai dari Gibran Rakabuming Raka hingga Kaesang Panngarep di kalangan pertambangan Tanah Air.

Keterlibatan Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI serta Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Investasi RI juga diungkap Jatam.

Bahlil disebut memiliki keterkaitan dengan PT Meta Mineral Pradana, perusahaan tambang nikel yang memiliki dua izin pertambangan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

Pemegang saham perusahaan PT Meta Mineral Pradana dimiliki oleh PT Rifa Capital sebesar 10 persen dan PT Papua Bersama Unggul sebesar 90 persen yang merupakan perusahaan milik Bahlil.

PT Papua Bersama Unggul sendiri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, perdagangan, instalasi listrik, telekomunikasi dan mekanik.

Sedangkan PT Rifa Finance yang didirikan pada tahun 2010 merupakan holding 10 perusahaan antara lain PT Ganda Nusantara, PT MAP Surveillance, PT Pandu Selaras, PT Cendrawasih, dan PT Mapsource Minging pada tahun 2011.

https://i0.wp.com/blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLqZ46PsNYzT_Sgz8Pm8RXgwkNRuNyfrDP_f9LSglkiMdvCakSkFlgz0NO1KVSCQZZcJKPoI1CoBGk_3rPeXCN2qyO1aSOkmlnW12jnr7l2F3sAxAH1EadQrMQd4ZzprJGeyWFcPP7VdLdbhyphenhyphenhtieQw3vaPaRCvHZ07vfFzFd4ffGEDE_eq-mLXDQIX9CE/w640-h372/,mvpodpob.jpg?resize=640%2C372&ssl=1

Bahlil disebut memiliki keterkaitan dengan PT Meta Mineral Pradana, perusahaan tambang nikel yang memiliki dua izin pertambangan di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

PT Rifa Capital disebut juga telah mengeksplorasi 39 ribu hektare batubara di Fak Fak, Papua Barat dan 11 ribu hektare pertambangan nikel di Halmahera.

Sedangkan Luhut terkait dengan PT Energi Kreasi Bersama (Electrum) yang merupakan perusahaan patungan antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) dan PT TBS Energi Utama Tbk atau TOBA.

Disebutkan, PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) adalah milik Luhut. Electrum merupakan perusahaan yang fokus mengembangkan ekosistem dan industri kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Hal ini mencakup manufaktur sepeda motor listrik, teknologi manufaktur baterai, infrastruktur pertukaran baterai dan stasiun pengisian daya, serta pembiayaan.

Sedangkan kedua putra Jokowi terkait dengan PT Energi Mineral Langgeng melalui PT Rakabu Sejahtera yang bermitra dengan BP Migas dalam eksplorasi di Blok South East Madura seluas 456.734 hektar.

Sedangkan saham PT Rakabu Sejahtera disebut-sebut dimiliki oleh keluarga Jokowi sebanyak 16.193 saham dan Kaesang menjabat sebagai Komisaris.

Berdasarkan pemaparan Jatam, Direktur Utama PT Rakabu Sejahtera adalah Arif Budi Sulistyo yang merupakan kakak ipar Jokowi.

Dalam eksplorasi Blok South East Madura, PT Rakabu Sejahtera menggandeng Toba Sejahtera yang 90 persen sahamnya dimiliki oleh PT Kartanegara Energi Perkasa yang merupakan anak usaha PT TBS Energi Utama Tbk.

Raup Keuntungan Politik?

Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Melky Nahar menyatakan perdebatan pengolahan tambang nikel (hilirisasi nikel) antara menteri-menteri di kabinet Presiden Joko Widodo dengan calon presiden dan wakil presiden hanya untuk kepentingan pelaku industri.

Melki menganggap perdebatan sama sekali tidak menyelesaikan realitas praktik hilirisasi nikel yang justru memiskinkan warga.

"Parahnya lagi, gaduh nikel itu demi meraup keuntungan politik di Pemilu 2024, tidak dalam rangka mengatasi penderitaan dan kerusakan lingkungan akibat proyek hilirisasi," ujar Melky dalam keterangan resminya dikutip pada Minggu (28/1).

Adapun isu pengolahan nikel menjadi perdebatan usai pernyataan calon wakil presiden nomor urut 01 Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dalam debat Cawapres pada 21 Januari lalu, yang menyebut pengolahan dan bisnis tambang nikel era Jokowi berlangsung secara ugal-ugalan.

Pernyataan itu kemudian dibantah oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia. 

Jatam, kata Melky, menyayangkan topik hilirisasi yang diperdebatkan tidak membahas realitas praktik hilirisasi nikel yang sebenarnya terjadi. Ia menyebut, hilirisasi nikel telah memicu perluasan pembongkaran nikel yang berdampak pada lenyapnya ruang produksi warga, pencemaran sumber air dan perairan laut, perusakan kawasan hutan yang memicu deforestasi, terganggunya kesehatan warga, hingga kekerasan dan kriminalisasi, serta kecelakaan kerja yang berujung pada kematian.

Situasi itu terjadi di hampir seluruh kawasan industri pengolahan nikel, kata Melky. Mulai dari PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) di Morowali, PT Gunbuster Nickel Industry di Morowali Utara, Virtue Dragon Nickel Industry di Konawe, Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Halmahera Tengah, hingga Kawasan Industri di Pulau Obi yang dikendalikan Harita Group.

Mengenai perdebatan soal dipakai atau tidaknya nikel Indonesia oleh Tesla, menurut Melky, hal itu sama sekali tak berdampak pada pengurangan pembongkaran nikel di Kepulauan Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

"Sebaliknya, pembongkaran terus berlanjut, mengabaikan derita rakyat dan kerusakan lingkungan yang tak pernah terurus," katanya. 

Cak Imin sebelumnya menyebut gara-gara pengolahan nikel secara ugal-ugalan, terjadi kerusakan lingkungan, kecelakaan kerja, hingga masalah dominasi tenaga kerja asing. Imin juga menyinggung masalah kemiskinan. Ia sempat menyebut pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah bisa naik 13 persen. "Tinggi sekali, tetapi rakyatnya tetap miskin dan tidak menikmati," kata Cak Imin.

Kritik tersebut kemudian dibantah Menko Marves Luhut Binsar Pandjaita. Ia menuding Cak Imin berbohong kepada publik.  Luhut kemudian mengklaim  angka kemiskinan di Sulawesi Tengah menurun seiring adanya hilirisasi nikel. Ia mengatakan pada 2015, angka kemiskinan di sana tercatat 14,7 persen. Kemudian, pada 2023, menurun menjadi 12,4 persen. 

Sementara itu, kemiskinan di Morowali menurun dari 15,8 persen pada 2015 menjadi 12,3 persen pada 2023. "Jadi, terjadi cukup perbaikan-perbaikan di sana," kata Luhut melalui video yang ia unggah di Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024.

Luhut menyatakan keinginannya mengundang Cak Imin untuk melihat langsung hilirisasi di Weda Bay dan Morowali. "Seeing is believing, daripada Anda berbohong kepada publik," ujarnya.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia--yang masuk dalam tim pemenangan calon presiden Prabowo Subianto--juga membantah kritik Cak Imin. Bahlil mengatakan, hilirisasi dan industri tambang saat ini teah wajib dan memenuhi kaidah norma dalam aturan pemerintah.

Misalnya, kata dia, analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Termasuk perizinan dan masalah lingkungan lainnya.

"Jadi, kalau sudah memenuhi standar, di mananya yang ugal-ugalan?" kata Bahlil kepada wartawan di Kantor Kementerian Investasi, Rabu (24/1).