Prabowo Sentil Proyek Kebanggaan Jokowi: Untuk Apa Dibangun Kalau Negara Tidak Terlindungi?

Adelio Pratama
Adelio Pratama
Diperbarui 14 Juli 2024 1 hari yang lalu
Prabowo Subianto (Foto: Istimewa)
Prabowo Subianto (Foto: Istimewa)

Jakarta, MI - Presiden 2024 terpilih, Prabowo Subianto menyentil proyek kebangaan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Proyek kebanggaan Jokowi itu adalah mulai dari Bandara hingga pada Kereta Cepat (WHOOSH).

Prabowo yang kini masih menjadi pembantu Jokowi menyebutkan, pembangunan infrastruktur akan menjadi sia-sia kalau negara tidak mampu melindungi rakyatnya.

“Pertama melindungi, baru mencerdaskan, baru pendidikan. Melaksanakan ketertiban dunia untuk apa kita bangun gedung-gedung, bandara, kereta api, waduk kalau negara ini tidak utuh, tidak aman, tidak terlindungi,” kata Prabowo saat memberikan pembekalan kepada 906 calon perwira remaja (capaj) TNI-Polri 2024 di Jakarta, Jum'at (12/7/2024).

Menteri Pertahanan (Menhan) itu menyatakan, tujuan awal nasional dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. 

Maka, dia menekankan kepada ratusan calon perwira remaja harus menjadi seorang tentara dan polisi yang kuat dan hebat. 

Menurutnya, TNI dan Polri harus menjadi garda terdepan untuk melindungi seluruh bangsa Indonesia.

“Bahwa tujuan nasional kita pembukaan Undang-Undang Dasar kita sangat jelas sangat gamblang adalah melindungi segenap bangsa Indonesia,” kata Prabowo.

Dengan demikian, Prabowo berpesan kepada seluruh capaja yang akan dilantik tersebut untuk selalu membela Indonesia. 

“Nasib bangsa dan rakyatmu berada di pundakmu. Kau dipilih, kau diseleksi, kau digembleng untuk pada saatnya kau harus membela Tanah Airmu,” tandasnya.

Kereta Cepat Kebanggaan Jokowi 

Dalam perkembangannya, megaproyek Kereta Cepat WHOOSH yang sebelumnya bernama Kereta Cepat Jakarta Bandung telah membuat dua BUMN merugi dan absen setor dividen hingga triliunan rupiah. 

Kereta Cepat WHOOSH diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta Timur, pada 2 Oktober 2023. 

Kala itu, Jokowi menjelaskan WHOOSH merupakan kereta dengan kecepatan maksimal 350 kilometer/jam pertama Indonesia sekaligus di Asia Tenggara. 

Namun, delapan bulan berselang proyek tersebut justru memunculkan dampak negatif bagi BUMN terkait. 

Fakta tersebut terungkap di dalam ruang Komisi VI DPR RI, Selasa (9/7/2024).

PT Kereta Api Indonesia (Persero) terpaksa harus absen setor dividen kepada negara sejak 2021 sejak mengerjakan proyek Kereta Cepat. 

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya, menuturkan perusahaan secara rutin memberikan sebagian porsi penerimaannya kepada negara. 

Kontribusi KAI kepada negara cenderung mengalami pertumbuhan baik dari segi pajak, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), hingga dividen. 

Secara terperinci, total kontribusi KAI kepada penerimaan negara pada 2018 adalah Rp3,9 triliun, kemudian pada 2019 sebesar Rp4,4 triliun, pada 2020 sebanyak Rp3 triliun.

Selanjutnya, pada 2021 sebesar Rp2,9 triliun, periode 2022 senilai Rp3,1 triliun, dan 2023 sebanyak Rp4,9 triliun. 

Namun, total kontribusi sempat mengalami penurunan pada 2020-2022. Perusahaan tidak menyetorkan dividen sepanjang rentang waktu tersebut. 

Absennya KAI menyetor dividen pada 2020 disebabkan adanya pandemi Covid-19 yang berimbas pada menurunnya operasional kereta api. 

Adapun, pada 2021-2022 karena mendapat penugasan untuk mengerjakan Kereta Cepat WHOOSH.

Namun, keputusan ini sesuai dengan arahan dari Komite Kereta Cepat. 

"Sejak 2021 KAI mendapatkan amanah dari Komite Kereta Cepat yang terdiri dari Pak Menko Marves, Menteri Perhubungan, Menteri Keuangan, dan Menteri BUMN untuk menahan dividen tadi untuk penguatan keuangan KAI, sehubungan dengan penugasan yang diberikan," kata Salusra, Selasa (9/7/2024).

Apa kata WIKA?

Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) menyalahkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh menjadi salah satu penyebab kerugian perusahaan yang mencetak rekor di 2023.

WIKA tercatat membukukan rugi bersih tahun berjalan senilai Rp 7,12 triliun pada 2023, meroket dari rugi bersih pada 2022 sebesar Rp 59,59 miliar.

Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito, menjelaskan latar belakang kinerja keuangan perusahaan merosot di tahun 2023 yakni bermula sejak terjadinya infra boom di 2015, yang membuat WIKA berekspansi bisnis dan mendapat banyak penugasan.

"Kami mulai banyak ekspansi seperi properti dan penugasan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sehingga mengalami peningkatan aset yang luar biasa dari sebelumnya Rp 15,9 triliun menjadi Rp 62 triliun pada 2019," ungkapnya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR.

Perusahaan, kata dia, mengalami puncak penurunan kinerja keuangan pada tahun 2023 karena beban bunga yang tinggi akibat utang mencapai Rp 56 triliun secara konsolidasi.

Agung menyebutkan, selain beban bunga yang tinggi, komponen lain yang memperberat kinerja keuangan WIKA di 2023 adalah kerugian dari PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebagai pemegang saham mayoritas KCJB.

Adapun PSBI terdiri dari konsorsium beberapa BUMN yang memegang 60 persen saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan operator KCJB. WIKA mengempit kepemilikan saham 38 persen dari PSBI.

"Memang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaannya saja sudah Rp 6,1 triliun, kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun sehingga hampir Rp 12 triliun,” ungkap Agung.

Beban kerugian proyek KCJB tersebut, lanjut Agung, membuat WIKA terpaksa mengambil pinjaman melalui obligasi sehingga membuat beban bunga perusahaan melesat. 

Kinerja keuangan perusahaan semakin terpuruk dengan bisnis properti yang di luar core business perusahaan di sektor konstruksi.

"Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kami memberikan SHL (Surat Hibah Lahan) cukup besar pada kurun waktu 2019 sampai 2022,” kata Agung.

Jumlah Kerugian WIKA

WIKA membukukan rugi bersih senilai Rp 7,12 triliun pada tahun 2023. Rugi tersebut naik 11.860 persen yoy dibandingkan tahun 2022 senilai Rp 59,59 miliar.

Melonjaknya rugi tersebut disebabkan beban keuangan naik menjadi Rp 3,2 triliun dan beban lain-lain mencapai Rp 5,4 triliun. Naiknya beban lain-lain disebabkan kerugian penurunan nilai mencapai Rp 3,26 triliun.

Perusahaan membukukan pendapatan senilai Rp 22,53 triliun atau naik 4,9 persen dibandingkan tahun 2022 senilai Rp 21,48 triliun. Segmen infrastruktur dan gedung menyumbang pendapatan terbesar senilai Rp 11,85 triliun.

Sampai akhir tahun 2023, WIKA memiliki jumlah liabilitas sebesar Rp 56,4 triliun. Nilai tersebut menurun dibandingkan tahun 2022 yang sebesar Rp 57,5 triliun.