Kriminolog Desak Polri Bentuk Tim Pencari Fakta Kasus Kematian Brigadir RAT

Aswan LA
Aswan LA
Diperbarui 29 April 2024 21:12 WIB
Kriminolog UI, Kurnia Zakaria (Foto: Dok MI)
Kriminolog UI, Kurnia Zakaria (Foto: Dok MI)

Jakarta, MI - Kasus kematian Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT) yang diduga sebagai bunuh diri terus menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan di tengah masyarakat.

Brigadir RAT adalah anggota Satlantas Polresta Manado yang ditemukan tewas di dalam sebuah mobil Toyota Alphard di Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Kamis (25/4/2024) lalu. 

Dugaan bunuh diri yang disampaikan oleh pihak kepolisian tampaknya tidak sepenuhnya diterima oleh keluarga dan publik. Bahkan membetok perhatian kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Kurnia Zakaria.

Begitu disapa Monitorindonesia.com, Senin (29/4/2024) malam, dia menilai bahwa kasus masih gelap terungkap di publik.

Pasalnya, ada sejumlah kejanggalan. Salah satunya beda klaim antara pihak kepolisian dan keluarga Brigadir RAT itu.

Bahwa Polisi menyebut Brigadir RAT mengajukan izin cuti untuk menemui kerabatnya, namun sang istri, Novita, memberi keterangan berbeda dengan mengungkap jika suaminya BKO (Bawah Kendali Operasi) atau penugasan dan menjadi ajudan polwan yang disebut sebagai bos.

Kurnia Zakaria berpadangan bahwa keterangan polisi yang ada, tidak membuat kasus terang dan transparan, melainkan menimbulkan banyak pertanyaan.

Maka dari itu, dia mendorong Polri membentuk Tim Pencari Fakta (TPF). 

"TPF ini harus terdiri dari beberapa unsur. Harus ada perwakilan dari keluarga korban, lembaga independen, Kompolnas dan tentunya pihak kepolisian," katanya.

Dalam rekaman CCTV yang tersebar luas, tampak momen ketika ia berhenti di sebuah rumah di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan.

Brigadir RAT diduga menembak dirinya sendiri, menggunakan pistol jenis HS dengan kaliber 9 milimeter, tepat ke arah pelipisnya. 

Keputusannya itulah diduga mobil Alphard yang sedang dikemudikannya bergerak tiba-tiba dan menabrak kendaraan lain yang terparkir di sekitarnya. 

Kebisingan benturan itu membuat warga sekitar segera bergegas menuju tempat kejadian, hanya untuk menemukan tubuhnya yang tak bernyawa.

Namun Kurnia Zakaria tak yakin sepenuhnya dia bunuh diri. "Saya belum sepenuhnya yakin dia bunuh diri. Dari rekaman CCTV dia seperti panik, hingga belok ke kanan menabrak mobil putih. Dan pihak polisi ujug-ujug menyatakan dia diduga bunuh diri. Kok hanya hitungan jam saja sudah mengklaim begitu, saya kira ini terlalu dini," jelasnya.

Seharunya, tegas dia, polisi harus melakukan penelusuran terlebih dahulu. Pasalnya, ada beberapa kemungkinan yang bisa saja mengakibatkan Brigadir RAT tewas dengan luka tembakan di kepala.

"Kemungkinan mobil yang dikendarai RAT menabrak itu kendaraan lain sehingga terjadi benturan dan membuat senjata api tidak sengaja meletus," katanya.

Hasil penyelidikan Polisi

Polisi melakukan penyelidikan secara menyeluruh, dengan memeriksa saksi, barang bukti, dan melakukan analisis digital forensik untuk mencari kebenaran.

Meski masih ada keraguan, keluarga Brigadir RAT menerima kenyataan pahit bahwa anggota Satlantas Polresta Manado itu mungkin telah mengakhiri hidupnya sendiri.

Dari hasil penyelidikan tim Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan, ternyata ditemukan luka tembak di kepala Brigadir RAT.

Kepala Satuan Reserse Kriminal, AKB Bintoro, mengatakan bahwa Brigadir RAT itu kena tembakan di pelipis kanan yang tembus ke kiri gara-gara pistol.

Bintoro juga menjelakan, mereka sudah mengolah Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk mengungkap kejadian sebenarnya. 

Bahkan, polisi sudah memeriksa 13 saksi dan cek rekaman CCTV untuk mengetahui kronologi kejadian. 

"Dari keterangan saksi, barang bukti, serta digital forensik yang didapatkan, kami menyimpulkan dugaan sementara yang bersangkutan melakukan bunuh diri," katanya.

Bintoro juga mengatakan bahwa pihaknya bakal usut kasus ini secara transparan, tak ada yang ditutup-tutupin. 

Sementara itu, Wakasat Reskrim, Kompol Henrikus Yossi, menambahkan bahwa keluarga Brigadir RAT tidak mau jenazahnya diotopsi. 

"Keluarga telah menegaskan telah memberikan statement bahwa mereka tidak bersedia untuk dilakukan otopsi terhadap jenazah dari almarhum RA," ujar Yossi.

Menurut Kurnia, kasus ini bukan hanya sekedar misteri, tetapi juga sebuah perjalanan pencarian kebenaran yang berliku. 

Dia pun berharap, investigasi yang dilakukan dapat memberikan keluarga Brigadir RAT kepastian dalam kasus ini.

Di lain sisi, apabila benar Brigadir RAT bunuh diri, polisi seharusnya dapat mengusut peristiwa yang terjadi sebelum hari kematian RAT.

"Jika ada intimidasi, paksaan, atau pengaruh dari pihak lain yang membuat Brigadir RAT bunuh diri, maka insiden ini tidak dapat dipandang sebagai peristiwa tunggal," tandas Kurnia Zakaria. (wan)