Ketua DPD RI LaNyalla Harap Carot di Madura Direvitalisasi

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 14 Januari 2024 13:45 WIB
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti (Foto: Dok MI)
Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti (Foto: Dok MI)

Surabaya, MI - Carok maut terjadi di Bumianyar, Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura pada Jumat (12/1) lalu menewaskan 4 orang.

Motif carok maut itu adalah ketersinggungan pelaku terhadap korban.

Mereka adalah; Matterdam, warga Desa Larangan Timur, Mattanjar, warga Desa Larangan Timur, Najehri, warga Desa Larangan Timur, Hafid, berdomisili di Desa Bumi Anyar.

Namun demikian, menurut Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti perkelahian bersenjata bukan murni carok.

Pasalnya, kata dia, carok itu memang ada dalam tradisi suku Madura yang sekarang memang sudah jauh berkurang. 

"Carok itu janjian bertemu, saling membawa senjata, lazimnya di tempat yang sepi atau jauh dari keramaian publik. Umumnya terkait dengan persoalan yang menyangkut harga diri yang serius,” ujar LaNyalla, Minggu (14/1).

Meski begitu, senator Jawa Timur (Jatim) ini berharap tradisi carok di Madura direvitalisasi. 

Sehingga, tambah LaNyalla, menjadi produk budaya dan senjata cluritnya bisa menjadi heritage, atau warisan kebudayaan suku Madura.

Sehingga celurit khas Madura yang dulu kerap dibuat carok juga dapat menempati posisi seperti keris di Jawa.

Tak hanya itu saja, kisah-kisah atau sejarah tentang varok dapat menjadi khazanah literasi budaya Indonesia.    

Dengan begitu, tegas LaNyalla, nilai yang dikedepankan adalah nilai kebudayaannya. 

"Bukan nilai aksinya. Sehingga tidak lagi dilakukan, tetapi dilestarikan nilai kebudayaannya sebagai pengetahuan, warisan budaya dan nilai-nilai sejarah kearifan lokal yang dijadikan produk budaya," beber LaNyalla.

Tak hanya itu saja, menurut LaNyalla, hal ini juga bisa mengundang potensi wisata, sebagai sebuah pengetahuan sejarah.

Lebih lanjut, LaNyalla mengaku khawatir jika tradisi carok itu diteruskan pada skala aksi, maka akan merugikan pada jangka panjang. 

Karena, kata dia, masyarakat di pulau Garam semakin plural dan majemuk. Investasi dunia usaha dan dunia industri juga diharapkan semakin banyak. 

Sehingga kenyamanan, ketentraman dan keamanan menjadi syarat utama. 

"Tetapi kalau dilestarikan sebagai produk budaya, justru bisa mendatangkan nilai ekonomis," tegas pria berdarah bugis ini.

Ada banyak tradisi serupa seperti carok di berbagai daerah lainnya. Kata LaNyalla, masyarakat Bugis-Makassar memiliki tradisi Sigajang Laleng Lipa, yang merupakan tradisi untuk mempertahankan harga diri dan martabat. 

Namun saat ini, tradisi tersebut justru menjadi budaya yang memiliki nilai tambah masyarakat dalam konteks pariwisata. 

“Tradisi tersebut justru menjadi pendukung pariwisata. Dia disajikan dalam pertunjukkan-pertunjukkan pameran seni-budaya Bugis-Makassar dalam konteks pariwisata," tutupnya.

Kronologi

Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya menyatakan bahwa insiden itu terjadi sekitar pukul 19.00 WIB.

Motif carok tersebut adalah adanya ketersinggungan antara pelaku dan korban.

Menurut penjelasannya, peristiwa itu terjadi saat salah satu pelaku hendak menuju ke acara tahlilan di Desa Bumianyar.

Di tengah perjalanan, pelaku tersebut terlibat cekcok dengan dua orang yang mengendarai sepeda motor dan terjadi pemukulan.

“Semua berawal ketika terjadi cekcok yang terjadi karena lampu sorot motor (korban) mengenai mata (pelaku), terus ditegur di saat laju motor terlalu kencang saat melintas," kata Febri dalam keterangannya, Sabtu (13/1) di Mapolres Bangkalan.

Tak terima ditegur, korban kemudian menantang pelaku untuk berduel.

Pelaku yang tersinggung dengan korban, kemudian sempat pulang untuk mengambil senjata tajam, serta mengajak saudaranya. Korban rupanya juga menambah personilnya dua orang.

“Begitu tiba di TKP (tempat kejadian perkara) salah seorang pelaku mengejar korban, di situ lah kurang lebih ada 4 orang, sehingga terjadi duel 2 lawan 4," jelasnya.

Akibat carok maut tersebut empat orang tewas di lokasi kejadian.

"Untuk kedua pelaku saat ini sudah kami amankan di polres,” tegasnya.

Sementara itu, untuk empat korban tewas telah di bawa ke RSUD Syamrabu untuk dilakukan autopsi.

Febri juga merilis 4 orang korban yang meninggal dunia akibat cekcok pada Jum’at malam.

4 korban tersebut yakni MTD asal Desa Larangan, MTJ asal Desa Larangan, NJR Asal Desa Larangan, dan HFD awal Desa Banyuanyar. (wan)