Produsen Tahu dan Tempe Mengeluh tentang Pelemahan Rupiah

Rendy Bimantara
Rendy Bimantara
Diperbarui 30 Oktober 2023 10:04 WIB
Suasana Pabrik Tahu Tempe di Banten (Foto : Antara )
Suasana Pabrik Tahu Tempe di Banten (Foto : Antara )

Jakarta, MI - Gakoptindo mengeluhkan pelemahan rupiah yang terus mendekati Rp16 ribu per dolar AS belakangan ini.

Menurut Aip Syarifuddin, Ketua Umum Gakoptindo, ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor tidak berkurang. Ini terjadi di tengah mata uang Garuda yang turun 19 poin, atau minus 0,12 persen, ke level Rp15.938 per dolar AS pada hari Jumat (27/10).

Dari perspektif produsen tempe dan orang-orang yang saya kenal, peningkatan harga kedelai setiap minggu telah menyebabkan kebingungan di seluruh Indonesia. Menurut Aip kepada Wartawan pada Minggu (29/10), impornya tetap tidak berubah, dengan 90 persen lebih impor dan hanya 10 persen lokal.

Menurutnya, harga kedelai saat ini sudah menyentuh Rp13 ribu hingga Rp13.500 per kilogram, melebihi harga acuan yang ditetapkan oleh Bapanas.

Di tengah pelemahan rupiah, Aip menuntut pemerintah turun tangan untuk mengatasi lonjakan harga kedelai. Gelontoran cadangan pangan pemerintah (CPP) untuk menstabilkan harga merupakan salah satu tuntutan perajin tempe dan tahu.

"Kami melakukan protes kemarin dan mengirimkan surat resmi ke Bapanas untuk meminta solusi karena CPP tidak datang dari Bulog, Bapanas, atau BUMN pangan. Dia menyatakan bahwa rapat Zoom minggu lalu dengan Bapanas tidak menemukan solusi.

Dilema dengan situasi ini, kata Gakoptindo. Para perajin sebenarnya berharap harga tempe naik.

Namun, para penjual olahan kedelai di pasar menentang mereka.

Karena masalah itu, ia menyatakan bahwa 5 juta perajin tempe telah bersiap untuk mogok kerja dan melakukan demonstrasi. Namun demikian, Aip menahan anggotanya demi kelangsungan hidup masyarakat.

Perajin tempe yang memiliki pengetahuan tentang produk ini telah berlangganan dengan penjual di pasar. Oleh karena itu, jika kita mengetahui bahwa kita harus menaikkan harga tempe, pedagang akan marah dan mengatakan, "Harga terus naik." "Ini sudah dipisahkan, dikecilkan, ini itu," kata Aip.

Oleh karena itu, saya meminta Menteri Perdagangan (Zulkifli Hasan) untuk membuat pengumuman jika harga tempe dan tahu naik. Harap dimaklumi bahwa ini merupakan tindakan yang diperlukan. Selain itu, kami meminta agar Anda membantu kami, seperti tahun sebelumnya, dengan memberikan subsidi, bantuan transportasi, dll. Karena minyak, beras, dan gula murah sekarang, mengapa kedelai tidak diprioritaskan? "Apakah kami tukang tempe dan tahu bahwa kami tidak dibantu?" tanya dia.

Beberapa waktu terakhir, rupiah terus melemah mendekati level Rp16 ribu.  Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan bahwa penurunan nilai rupiah tidak disebabkan oleh penurunan nilai mata uang Garuda.

Sang Bendahara Negara percaya bahwa rupiah menguat meskipun harganya mendekati Rp16 ribu per dolar AS.

Menurut wanita yang dikenal sebagai Ani, ada aliran modal asing yang signifikan yang keluar dari Indonesia pada September 20.

Rupiah kita sebenarnya berada dalam posisi yang cukup baik untuk depresiasinya. Dalam konferensi pers APBN KiTA di Kemenkeu, Jakarta Pusat, Rabu (25/10), Ani menyatakan bahwa meskipun orang Indonesia biasanya melihat nominal, pergerakan nilai tukar tahun ke tahun (ytd) mengalami depresiasi sebesar 0,7 persen.

Dia menyatakan, "Jadi, penyebabnya mungkin bukan rupiahnya, tapi dolarnya (AS) yang menguat. Dolar dengan tingkat bunga tinggi, kita lihat dxy (indeks dolar AS) itu mengalami kenaikan 2,7 ytd."(Ran)