Harga Komoditas Anjlok, Legislator Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Penerimaan Negara

Dhanis Iswara
Dhanis Iswara
Diperbarui 17 Juli 2024 3 jam yang lalu
Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati (Foto: Ist)
Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati (Foto: Ist)

Jakarta, MI - Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati, menyoroti soal anjloknya harga komoditas unggulan, yakni minyak kelapa sawit atau Crude palm oil (CPO), mineral dan batu bara yang mempengaruhi terhadap pendapatan negara . 

"Turunnya harga komoditas unggulan tersebut, berdampak terhadap penerimaan negara. Seperti tergambar dalam realisasi pendapatan negara semester I tahun 2024 sebesar Rp1.320,73 triliun atau 47,1 persen terhadap APBN 2024. Kinerja penerimaan negara tersebut terkontraksi 6,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2023," katanya kepada wartawan, Rabu (17/07/2024).

Wakil Ketua BAKN DPR RI itu juga menyebut imbas dari turunnya harga komoditas unggulan sangat terasa terasa pada sektor perpajakan.

Ia menjelaskan, penerimaan perpajakan semester I tahun 2024 mencapai Rp 1.028 triliun atau 44,5 persen terhadap APBN 2024. Kinerja perpajakan tersebut terkontraksi 7,0 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

"Hal ini menunjukkan bahwa, penerimaan negara masih sangat tergantung dari harga komoditas. Tentunya Pemerintah sudah harus mengantisipasi, dengan menyusun exit strategydari dampak moderasi komoditas," ujarnya. 

Karena itu, Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan berharap penerimaan negara dari komoditas unggulan itu dapat mencapai target sampai akhir tahun 2024.

"Sebab, penurunan harga komoditas sangat sensitif terhadap penerimaan negara. Kita berharap hingga akhir tahun 2024, penerimaan negara bisa sesuai dengan target yang sudah ditetapkan dalam APBN 2024," imbuhnya.